Setelah usai makan malam, saya turut membereskan ruang makan di komunitas. Waktu yang saya butuhkan lebih kurang 15 menit. Itu pun tidak sendirian. Bahkan sudah ada Carlos (chef/juru masak di komunitas) yang sejak sore tadi telah menyiapkan makan untuk kami, pun sampai kami selesai makan malam ia masih dengan kesiapsediaannya yang besar bersama dengan kami. Saya berinisiatif ambil bagian untuk membersihkan meja makan dari beberapa alat makan sampai dengan menyiapkan kembali untuk sarapan besok paginya. Dan seperti biasanya, bila segala sesuatunya sudah selesai, sebelum beranjak meninggalkan ruang makan, lampu di ruang makan mesti dimatikan, tak lupa saya menyapa Carlos dengan salam terimakasih dan selamat malam. Tapi saya mengurungkan sapaan dan salamku ketika melihat sebuah kotak sampah penuh dengan tumpukan sampah. Segera kurapikan dan kuangkat dan kuletakkan di gerobak motor. Saat itu juga aku kaget ketika melihat gerobak motor penuh dengan tumpukan sampah yang dibungkus plastik
Salah satu kegiatan rohani yang dilakukan umat Katolik menjelang Natal adalah membuat gua atau kandang Natal, baik di rumah, di kantor, maupun di kapel atau gereja. Gua Natal adalah khas tradisi Katolik. St. Bonaventura dalam bukunya Riwayat Santo Fransiskus dari Asisi menceritakan tentang awal mula munculnya gua Natal ini. Dikisahkan, “Guna membangkitkan gairah penduduk Grecio, provinsi Rieti - Lazio, dalam mengenangkan kelahiran Bayi Yesus, Fransiskus merayakan Natal dengan sekhidmat mungkin. Fransiskus mempersiapkan sebuah palungan, mengangkut jerami, juga menggiring seekor lembu jantan dan keledai ke tempat yang telah ditentukannya”. Selanjutnya, “Para biarawan berkumpul, penduduk berhimpun, alam dipenuhi gema suara mereka, dan malam yang kudus itu dimeriahkan dengan cahaya benderang dan merdunya nyanyian puji-pujian. Fransiskus berada di depan palungan, bersembah sujud dalam segala kesalehan, dengan bercucuran air mata dan berseri-seri penuh sukacita. Kitab Suci dikidungkan