Langsung ke konten utama

Postingan

Mengapa mesti ada sampah ya?

Setelah usai makan malam, saya turut membereskan ruang makan di komunitas. Waktu yang saya butuhkan lebih kurang 15 menit. Itu pun tidak sendirian. Bahkan sudah ada Carlos (chef/juru masak di komunitas) yang sejak sore tadi telah menyiapkan makan untuk kami, pun sampai kami selesai makan malam ia masih dengan kesiapsediaannya yang besar bersama dengan kami. Saya berinisiatif ambil bagian untuk membersihkan meja makan dari beberapa alat makan sampai dengan menyiapkan kembali untuk sarapan besok paginya. Dan seperti biasanya, bila segala sesuatunya sudah selesai, sebelum beranjak meninggalkan ruang makan, lampu di ruang makan mesti dimatikan, tak lupa saya menyapa Carlos dengan salam terimakasih dan selamat malam. Tapi saya mengurungkan sapaan dan salamku ketika melihat sebuah kotak sampah penuh dengan tumpukan sampah. Segera kurapikan dan kuangkat dan kuletakkan di gerobak motor. Saat itu juga aku kaget ketika melihat gerobak motor penuh dengan tumpukan sampah yang dibungkus plastik
Postingan terbaru

Menjelang Natal

Salah satu kegiatan rohani yang dilakukan umat Katolik menjelang Natal adalah membuat gua atau kandang Natal, baik di rumah, di kantor, maupun di kapel atau gereja. Gua Natal adalah khas tradisi Katolik. St. Bonaventura dalam bukunya Riwayat Santo Fransiskus dari Asisi menceritakan tentang awal mula munculnya gua Natal ini. Dikisahkan, “Guna membangkitkan gairah penduduk Grecio, provinsi Rieti - Lazio, dalam mengenangkan kelahiran Bayi Yesus, Fransiskus merayakan Natal dengan sekhidmat mungkin. Fransiskus mempersiapkan sebuah palungan, mengangkut jerami, juga menggiring seekor lembu jantan dan keledai ke tempat yang telah ditentukannya”. Selanjutnya, “Para biarawan berkumpul, penduduk berhimpun, alam dipenuhi gema suara mereka, dan malam yang kudus itu dimeriahkan dengan cahaya benderang dan merdunya nyanyian puji-pujian. Fransiskus berada di depan palungan, bersembah sujud dalam segala kesalehan, dengan bercucuran air mata dan berseri-seri penuh sukacita. Kitab Suci dikidungkan

Hadiah Tahun Baru dariku

(Ungkapan dari seorang sahabat) Dear kawanku... Maaf atas sikapku yang tidak tahu diri kawan Aku tertawa saat kau sedang sedih. Aku tertawa bukan karena aku tak mengerti kesedihan yang kau alami kawan. Justru aku sangat mengerti akan kegalauan hatimu. Maka aku pun tertawa agar kau setidaknya dapat TERSENYUM DALAM KESEDIHAN. Maaf atas sikapku yang tidak tahu diri kawan Aku menangis saat kau sedang berbahagia. Bukan karena tidak sebahagia kau kawan Tapi karena bahagia mu membuatku sangat bahagia hingga menangis. KARENA SESUNGGUHNYA TIADA KEBAHAGIAN YANG DAPAT MENANDINGI KEBAHAGIAAN MELIHAT ORANG YANG KITA SAYANG SEDANG BERBAHAGIA. Maaf atas sikapku yang tidak tahu diri kawan Disaat semua orang meninggalkanmu aku akan ada disisimu. Bukan untuk menyuportmu atau menghiburmu. Aku berada disisimu hanya untuk menceritakan masalahku. Agar kau tahu, meski mereka TAK MEMBUTUHKANMU, aku disini masih MENGANDALKANMU. Maaf atas sikapku yang tidak tahu diri kawan Aku menamparm

Oportunis

Ketika seseorang bersikap lain dari pada jati dirinya, dengan mudah ia dinilai orang yang munafik. Juga ketika seseorang menyembunyikan "perasaan batin sesungguhnya" karena alasan kuat tertentu. Ketika seorang anak yang tahu ayahnya mengidap penyakit fatal pada stadium akhir tetapi ia bersikap biasa-biasa saja, mungkin anak itu juga akan menganggap ayahnya munafik. Namun sebagai anak yang 'baik' tentu menginginkan ayahnya tetap tidak tergoncang batinnya menjelang hari-hari terakhir hidupnya. Barulah dalam kesendiriannya anak itu akan menangis, menguraskan air matanya. Apakah ia telah bersikap munafik di hadapan ayah dan orang-orang lainnya yang menjenguk sebagai tamu? Sikap menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya juga dapat terjadi karena faktor budaya yang sofistik. Ada orang yang dipermalukan secara telak di hadapan umum namun tetap tenang. Mimik mukanya pun hanya samar. Lain halnya mereka berbudaya kurang sofistik. Mereka tentu akan mudah mengumbar perasaanny

Lakukanlah Segalanya dengan Hati

"Jangan sampai kamu membiarkan hatimu menjadi buta, tuli, dan bisu". Ungkapan ini kadang terlontar kepada seorang teman atau kenalan atau sahabat dekat. Sekilas memang seperti sekedar basa-basi. Tetapi jika kita cermati, ungkapan itu mau melukiskan bahwa hati manusia itu menentukan segala tindakan dan perbuatannya, baik kepada diri sendiri, maupun orang lain. Orang-orang yang hatinya buta, tidak dapat melihat dampak merugikan yang ditimbulkan dari perilakunya yang buruk. Orang-orang yang hatinya tuli, tidak bisa mendengar jerit tangis orang lain yang menderita di sekitar kita. Dan orang-orang yang hatinya bisu, tidak mampu mengatakan bisik kebajikan bahkan sekedar kepada dirinya sendiri. Soooo...Betapa berbahaya jika manusia sampai membiarkan hatinya menjadi buta, tuli, dan bisu. Sebab jika sudah demikian, ia tidak akan malu lagi untuk melakukan apa saja, bahkan seburuk apapun itu. Cintakasih itu memang mudah dikatakan tetapi sulit dilaksanakan/dihayati dalam hidup sehari

nDablek

Itulah sebuah kata yang mau melukiskan bagaimana orang yang secara sengaja tidak mau atau sulit mendengarkan, entah itu nasihat orang lain atau aturan yang ada. Kata “ndableg” juga dapat diartikan sebagai mengikuti kemauan sendiri tanpa memperhatikan aturan atau pendapat orang lain. Tidak sedikit bahwa orang memakai istilah "Masuk telinga kiri, keluar telinga kanan". Memang tidak sedikit orang yang keberatan untuk membuka diri terhadap nasihat atau mengindahkan peraturan. Ada saatnya juga kita perlu menerapkan ungkapan ndablek itu untuk diri kita sendiri. Khususnya saat kita mendengar komentar negatif dan cemoohan dari lingkungan kita, tetapi kita cenderung kurang mendengarkan dan tidak mengindahkan. Meskipun kadang itu benar, atau pun kadang sekedar omong kosong belaka. Fenomena  “nDABLEG” juga bisa kita lihat dan jumpai  dalam sisi yang lain, misalnya: di tempat dilarang merokok juga masih banyak orang merokok, di tempat orang harus antri juga masih banyak orang yang me

Mahalnya Sebuah Pengharapan

Sebuah peneguhanku terhadap seorang pasien. Sahabat, kutuliskan sepucuk surat ini untuk menyatakan betapa aku menyayangi dan mengasihimu. Aku kagum akan keteguhanmu dalam menyikapi setiap peristiwa yang menimpamu. Ketika engkau mengalami suka, gembira, bahagia; engkau tidak begitu saja larut dalam kegembiraan itu. Engkau mampu menimbang, menempatkan diri serta mengambil sikap yang sesuai dengan situasi hati dan juga situasi aktual di sekitarmu, seakan tak tergoreskan sedikit tanda bahwa engkau sampai lupa diri. Dalam situasi suka, ternyata engkau mampu mengingat mereka yang sedang menderita, lapar, terlantar maupun terbelenggu oleh kejamnya kemiskinan. Di sisi lain, ketika engkau mengalami duka, sakit atau derita; engkau juga tidak mudah jatuh dalam lembah duka yang sering kali orang berserah diri-pasif, merasa tiada berdaya apa-apa. Engkau ternyata memiliki keteguhan hati dan harapan yang besar dalam hidup ini. Engkau tetap berusaha untuk bangkit dari deritamu itu. Kemarin ketika aku